
"Untuk generasi kedua ini lebih memfokuskan diri untuk bisa membuat baterai dan motor secara mandiri," ungkap Koordinator Molinas UNS Prof. Muhammad Nizam, MT. PhD kepada wartawan, di Rektorat UNS, Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/2/2013).
Nizam mengatakan, keberadaan baterai dan motor bagi mobil listrik adalah nyawa. Sementara itu, selama ini bahan baterai seperti lithium di Indonesia tidak mudah didapat.
"Bila kami butuh terutama untuk pengembangan mobil listrik, terpaksa impor," ungkapnya.
Pengembangan molinas generasi kedua, menurut Nizam, kapasitasnya memang lebih besar dengan memadukan teknologi yang lebih bagus. Bila sebelumnya daya listrik berkisar 3 – 10 Kilowatt (KW), maka ditingkatkan menjadi 20 KW, sehingga kekuatan dayanya lebih kuat.
Begitu pula terkait dengan kecepatan, bila sebelumnya berkisar 20 – 40 km per jam, maka akan ditingkatkan menjadi 70 – 80 km per jam. Teknologi bodi, semula memakai hand lay up diubah menjadi teknologi vakum lebih tipis dan kuat.
"Kali ini ditangani oleh Tim Molinas UNS beranggotakan 70 orang civitas akademika UNS," ujarnya.
Molinas UNS yang diberi label Semar-T generasi muda, menurut Nizam, sejauh ini sudah diujicobakan di jalan aspal di lingkungan kampus. Ke depan Semar-T generasi kedua tersebut memang hanya dipergunakan sebagai transportasi dalam kota, bukan jarak jauh.