
Menurutnya permasalahan ayam kampus yang terjadi pada kasus Maharani Suciono, tidak usah dinawa ke ranah politik. Hal itu, kata dia, terjadi karena adanya pergeseran nilai.
Devie menyitir, meningkatnya angka penderita HIV/AIDS karena peningkatan hubungan seks bebas. Angka pelaku seks bebas ini kian tinggi di di tengah krisis ekonomi yang melanda dunia.
"Bahkan, pergeseran nilai tersebut dijadikan alternatif pekerjaan oleh para ayam kampus. Kondisi tersebut semakin memprihatinkan karena dilakukan oleh generasi muda di usia produktif. Masalah ini harus serius ditangani, karena ada kebutuhan yang besar dari mereka," ungkap Devie, Rabu (6/2/2013).
Sementara itu, mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Hana, mengatakan, ayam kampus memang cenderung bergaya hidup bebas. Apa yang dilakukan mereka, kata warga Bojongsari, Depok, itu, mencoreng predikat sebagai mahasiswa.
"Biasanya mereka yang tinggal di kos-kosan, atau kawasan Jakarta yang cenderung bebas. Padahal, sebagai mahasiswa masih banyak hal kreatif dan positif yang bisa dikerjakan. Bahkan, dengan berkarir sesuai bakat bisa tercapai di usia muda. Menjadi wanita penghibur tidak bisa dijadikan profesi, karena ini prilaku menyimpang," paparnya.
Menurut Hana banyak faktor yang menyebabkan seorang mahasiswa menjadi ayam kampus, mulai dari pergaulan sampai gaya hidup. "Memang di kampus islam ada isu ayam kampus, cuma itu enggak ada. Mereka yang menjadi ayam kampus saat ketahuan ya buat malu semua orang. Memang mereka punya tanda dan ciri khas, cuma tidak bisa dijadikan patokan," ujarnya.