
Ternyata, selain dikonsumsi dalam bentuk bubur atau isian kue, kacang hijau bisa juga diolah menjadi nugget. Inovasi ini lahir dari tangan lima mahasiswa Departemen Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB, yakni Annisa Rizkiriani, Ghaida Yasmin, Suci Apriani, Desy Afriyanti, dan Ezria E Adyas. Kelimanya menamai nugget inovasi mereka dengan Mung Nugget.
Pembuatan Mung Nugget didasari pemikiran bahwa nugget merupakan jenis makanan yang disukai banyak orang karena pengolahannya yang praktis. Tetapi, hingga saat ini nugget biasanya terbuat dari protein hewani. Harganya yang cukup mahal pun tidak dapat dijangkau semua lapisan masyarakat.
"Produksi nugget kacang hijau ini diharapkan dapat menambah pangan alternatif yang berbahan dasar kacang hijau dan menciptakan pangan yang bergizi tinggi dengan harga terjangkau," kata Annisa, seperti dinukil dari siaran pers IPB, Rabu (6/3/2013).
Sebagai informasi, kacang hijau atau Vigna radiata L ini memiliki nilai gizi tinggi. Harganya pun relatif terjangkau ketimbang jenis kacang-kacangan lain. Dari segi agronomi, kacang hijau lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit, dapat dipanen pada umur 55-60 hari dan dapat ditanam pada tanah yang kurang subur.
Annisa memaparkan, Mung Nugget berukuran diameter 2 cm dengan berat 15,2 gram per potong. Proses penelitian dan pembuatan Mung Nugget dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan, Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, di bawah bimbingan Dosen Pendamping Dr. Sri Anna Marliyati.
Hasil uji organoleptik menunjukkan, konsumen dapat menerima warna, aroma, rasa, dan tekstur nugget kacang hijau. Annisa mengimbuh, mengonsumsi sepuluh potong Mung Nugget dapan memenuhi seperlima kecukupan protein anak usia empat hingga enam tahun.
"Peningkatan nilai tambah kacang hijau menjadi nugget kacang hijau menjadikan nugget ini sebagai produk yang menjanjikan serta mampu bersaing dengan produk nugget lainnya," tuturnya.
Selain itu, Mung Nugget juga dapat menjadi solusi penyeimbang bahan pangan hewani dan nabati. Sebab, ujar Annisa, konsumsi pangan hewani yang tidak seimbang dengan sumber nabati dan didukung gaya hidup sehat dapat mencetuskan penyakit degeneratif. Dalam termin medis, istilah ini merujuk pada penyakit yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan normal menjadi lebih buruk. Diabetes melitus, stroke, jantung koroner, kardiovaskular, obesitas, dan dislipidemia termasuk dalam kategori penyakit ini.