
Ukuran panjangnya paling panjang 10 sentimeter ini, sementara lebarnya 1,5-2 sentimeter, bagian tengah ada garis hitam sebagai garis pembatas, bagian perut agak putih dari ekor sampai kepala bagian bawa, sedangkan bagian atas berwarna gelap.
“Keunikan ikan ini seluruh tubuhnya mulai dari ekor sampai kepala ada bintik warna putih, kalau di akuarium jika terkena sinar lampu akan mengeluarkan sinar seperti mutiara,” kata Koordinator Laboratorium Terpada Universitas Bung Hatta (UBH) Yuneidi Basri, di kampus I Ulakkarang Padang, Sumatera Barat, Selasa (14/6/2013).
Laboratorium tersebut didirikan pada 2009, dijadikan sebagai pusat penelitian ikan langka Fakultas Perikanan UBH. Menurut Yuneidi, ikan ini hidup di daerah rawa-rawa air tawar. "Kami mendapatkan informasi dari media-media, yang telah melakukan pencarian ikan ini sudah tiga tahun lalu, mulai dari Bali, Kalimantan dan baru ditemukan tiga bulan lalu di Duri, Pekanbaru. Untuk menuju lokasi itu harus melewati kebun sawit sepanjang 40 kilometer,” terangnya.
Kata Yuneidi, saat mendapatkan ikan ini itu tidak secara langsung, kadang dapat satu ekor kadang dua ekor, yang terkumpul pada saat itu ada 500 ekor. Dalam perjalannnya ikan ini mati 20 ekor sampai di Padang kembali mati dan tersisa 200 ekor. “Ini disebabkan karena perubahan lingkungan,” katanya.
Sebelum menemukan ikan Sepat Mutiara di Duri, sempat menemukan di daerah Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah. Saat ditawarkan untuk membeli seharga Rp100 ribu sampai Rp200 ribu, tapi pemiliknya tidak mau menjualnya.
“Kalau harga di pasaran internasional tidak jelas, sebab ini ikan langkah serta tidak ada banderol harganya,” tuturnya.
Penyebab langkanya ikan ini perubahan lingkungan, seperti banyak perusahaan sawit ikut mendukung keringnya rawa-rawa, serta pestisida dan penangkapan yang besar-besaran sebagai konsumsi masyarakat. “Kalau di Pekanbaru dulu itu rawa-rawa setelah masuknya perusahaan sawit terjadilah pengeringan, ditambah dengan pencemaran lingkungan air sudah tercemar minyak mesin oli, solar, sehingga ikan ini tidak bisa berkembang biak,” ujarnya.
Sifat ikan, menurut jebolan Fakultas Perikanan Universitas Riau (Unri) supaya ikan ini bisa berkembang biak membutuhkan kondisi lingkungan, cuaca yang baik. Tapi jika kondisi ini tidak mendukung meski ikan akan kawin kalau situasi tidak bagus ikan tersebut tidak mau bertelur.
“Makanan Sepat Mutiara ini zooplankton, krustasea dan aneka larva serangga, saat ini di labor masih kita menyesuaikan makanannya dan untuk bertelur dan berkembang biak,” tuturnya.
Rencananya kalau sudah bisa berkembang di labor kampus UBH, akan diserahkan kepada Dinas Perikanan untuk dibudidayakan ikan hias tersebut.
“Nanti setelah dilanjutkan kepada masyarakat yang ingin membudidayakan ikan,” katanya.
Sebenarnya banyak ikan langka di Sumatera yang terancam punah serta memiliki nilai jual yang tinggi, tapi masyarakat yang tidak tahu manfaat ikan langka tersebut.