
Gelar doktor yang diraih lewat robot berkaki lima itu berhasil meraih predikat sangat memuaskan. Pria kelahiran Ujung Pandang 59 tahun lalu itu, dinyatakan lulus setelah mampu mempertahankan disertasinya berjudul Behaviour Based Learning untuk Semi Autonomous Robot Berkaki Lima.
Prihastono menjelaskan, Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam, khususnya gempa bumi. Bencana tersebut dapat mengakibatkan korban yang tidak sedikit. Sehingga, diperlukan suatu metode evakuasi yang tepat bagi korban yang masih tertimbun.
Berawal dari permasalahan tersebut, Prihastono menciptakan robot yang dapat mengidentifikasi keberadaan korban bencana. ''Robot tersebut dapat membantu tim Search and Rescue (SAR) menentukan lokasi korban,'' ujar Prihastono, seperti dikutip dari ITS Online, Selasa (9/7/2013).
Kakek dua cucu itu menyebut, robot tersebut terinspirasi dari bentuk hewan dengan nama ilmiah Phylum Echinodermata atau yang lebih dikenal bintang laut. Robot tersebut merupakan pengembangan dari robot berkaki empat yang sudah ada sebelumnya.
''Kali ini, saya melengkapi robot dengan kecerdasan buatan yaitu Fuzzy Q Learning yang digabungkan dengan Hierarchiecal Hybrid Coordination Node (HHCN),'' papar pria kelahiran 7 Januari 1954 ini.
Robot itu, lanjutnya, dapat melakukan navigasi yang cukup andal secara otonom. Sebut saja kemampuang wandering, obstacle avoidance, dan search target. Sehingga, ketika robot dikendalikan operator, jarak jangkauan maksimum untuk berkomunikasi data adalah 200 meter pada area terbuka dan 90 meter pada daerah tertutup.
Sedangkan untuk komunikasi video, jarak jangkauan maksimumnya adalah 60 meter untuk daerah tebuka dan 40 meter untuk daerah tertutup. ''Ke depannya, saya menginginkan robot ini mampu memetakan daerah yang telah dilaluinya,'' imbuhnya.
Di akhir sidang, staf pengajar di Universitas Bhayangkara (Ubhara) Surabaya itu berbagi motivasi. Dia mengaku, motivasi terbesarnya untuk melanjutkan kuliah adalah ingin memberi contoh terutama pada anak, cucu, dan adik-adiknya. ''Kita belajar tidak ada batasnya, walaupun usia kita telah memasuki usia senja,'' tutup Prihastono.