
Namun tahukah Anda bahwa proses pengolahan kopi tergolong rumit? Untuk mendapatkan kopi yang siap minum, dibutuhkan waktu satu bulan dan kerap kali limbah yang dihasilkan terbuang percuma. Belum lagi besarnya tenaga listrik dan gas yang digunakan.
Kondisi ini membuat dosen Fakultas Teknik Universitas Lampung (FT Unila), Dr. Eng. Suryadiwansa Harun tergerak berinovasi dalam pengolahan kopi secara modern. Idenya dituangkan dalam proposal Hibah kemitraan (Hi-Link) berjudul "Sistem Produksi Bersih dan Terintegrasi untuk Pengolahan Kopi Lampung dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing dan Mutu Produk". Berbekal dana dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suryadiwansa bekerja sama dengan sebuah usaha rumahan pengolahan kopi di Lampung Barat.
"Kalau produksi kopi manual sebelumnya bisa menghabiskan waktu hingga satu bulan. Dengan menggunakan sistem produksi modern ini, hanya membutuhkan waktu hingga 10 hari sampai kopi siap ekspor," tutur Suryadiwansa, seperti dikutip dari laman Unila, Jumat (2/8/2013).
Sistem ini menggunakan beberapa alat yang langsung bisa mengurangi kadar air, mengeringkan, hingga memilih biji kopi sesuai kebutuhan ekspor. Peralatannya pun sudah aman dan menggunakan konsep irit. Misalnya, pisau pemilih kopi menggunakan karet sehingga biji kopi tidak pecah. Selain itu, bahan bakar yang digunakan berasal dari limbah kulit kopi melalui proses gasifikasi, sehingga lebih irit dan efisien.
Suryadiwansa sendiri sudah meneliti proses pengolahan kopi secara modern ini selama tiga tahun. Meski efektif, penerapan konsep teknologi sistem produksi kopi bersih dan terintegrasi ini masih perlu dibenahi. Salah satunya dalam aspek penggunaan energi listrik pada proses pembakaran kulit kopi. Satu mesin penggerak hanya berdaya hanya 900 watt, sehingga proses pengolahan kopi belum bisa dilakukan secara simultan dan terintegrasi.
Sekadar informasi, Lampung merupakan provinsi penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Berdasarkan Statistik Perkebunan 2009–2011 Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan, sekira 163.000 ha lahan kopi mampu menghasilkan rata-rata sekira 142 ribu ton kopi per tahun. Sekira 40 persen dari produksi kopi robusta di Lampung dihasilkan oleh perkebunan kopi rakyat di Lampung Barat.