
Demikian disampaikan Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Sulistyowati. Dia menyebutkan, adapun KI meliputi empat hal, yakni semangat religius, sikap sosial sebagai anggota masyarakat dan sebagai bangsa, pengetahuan baik faktual, konseptual, prosedural, maupun meta kognitif, serta aplikasi ketiga poin tersebut merupakan satu kesatuan.
"KI poin satu dan dua tidak diajarkan langsung (indirect teaching). Sementara KI mengikat semua KD dari semua mata pelajaran di mana poin pertama dalam KI mengutamakan semangat religius," papar Retno di Kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (15/2/2013).
Dia menilai, sepertinya para penyusun bekerja dengan cara mengambil salah satu kalimat yang ada pada KI kemudian dikaitkan dengan materi-materi yang akan diajarkan. Sehingga tidak mengherankan ketika muncul KD dan KI lucu yang ada dalam pelajaran matematika.
"Jadilah hubungan antara disiplin, konsisten, jujur, dan aturan eksponen serta logaritma. Maupun perbedaan di dalam masyarakat majemuk dan persamaan dan pertidaksamaan linear, dan seterusnya," jelasnya.
Menurut Retno, dia bersama Koalisi Tolak Kurikulum 2013 merasa bingung jika kompetensi dasar tersebut yang dianggap sebagai kurikulum hebat yang dibutuhkan oleh seluruh anak Indonesia. Apalagi, lanjutnya, tidak ada yang baru dalam kurikulum 2013.
"Tidak ada yang baru dalam kurikulum. 2013 karena tematik integratif yang selalu diiklankan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) juga ada dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Demikian pula dengan proses pembelajarannya," imbuh Retno.
Retno menambahkan, proses penilaian KTSP maupun kurikulum baru hendaknya tidak menggunakan Ujian Nasional (UN). Sebab kedua kurikulum tersebut mengedepankan proses. Sehingga salah satu kegagalan KTSP adalah terbunuh oleh UN.
Dia berpendapat, akan lebih baik jika sekolah tetap menganut kurikulum 2006, yakni KTSP. "Oleh karena itu, kembali saja ke KTSP dan benahi guru serta LPTK," tandasnya.