
Japanese World, demikian nama acara besutan FIB Unair yang ditujukan bagi Japaneseholic alias pecinta budaya Jepang. Berbagai stan yang menampilkan hasil produk khas Jepang pun berjejer sepanjang fakultas. Kita bisa melihat-lihat dan membeli makanan hingga aksesoris berbau Jepang di sini.
Image Jepang juga dekat dengan cosplay, yaitu satu usaha seseorang dalam mengimitasikan idola karakter tokoh kartun Jepang mereka. Kegiatan inilah yang menjadi favorit peserta dan pengunjung Japanese World 2013. Beragam karakter tokoh kartun berkeliaran selama acara berlangsung. Tidak heran, cosplay sudah menjadi langganan acara yang perlu ada di tiap acara berbau Jepang.
Selain seru-seruan menampilkan budaya Jepang, Japanese World yang bertemakan "Geisha" ini juga diisi dengan berbagai kegiatan kompetisi untuk siswa SMA/sederajat. Mereka bisa mengikuti cerdas cermat, Kakikikitori (listening dan writting), Roudoku (membaca dengan suara nyaring), Kanji (menulis huruf Jepang), dan Benrontaikai (pidato bahasa Jepang). Untuk kategori umum, ada lomba makan onigiri dan makan korokke, Manga, Shashin wo Toru (photo on the spot), Utatte (karaoke lagu Jepang) dan tak ketinggalan cosplay. Pengunjung juga bisa mengikuti berbagai workshop seperti origami, manga dan chanoyu.
Untuk menghidupkan ikon geisha sebagai tema besar Japanese World, panitia menghadirkan dua kembar mahasiswi yang dirias semirip mungkin dengan geisha. Panitia juga memberlakukan sistem geisha on the street layaknya cosplay on the street. Dengan begitu, para pengunjung dapat berinteraksi dengan geisha secara langsung. Tema geisha dipilih karena panitia Japanese World ingin meluruskan citra negatif tentang geisha yang dianggap sebagai pelacur. Geisha bukanlah pelacur, dia adalah seniman.
Kejutan yang enggak kalah seru adalah kehadiran "Obake Yashiki" alias rumah hantu Jepang. Mereka yang berminat menguji nyali dengan hantu-hantu Jepang cukup membayar tiket Rp15 ribu per orang, atau Rp20 ribu per dua orang. Ruang teater didesain dengan apik dan penuh dengan aura mistik Jepang. Untuk meningkatkan fantasi horor, diputarlah musik-musik yang membuat merinding. Alhasil, jeritan pengunjung mendominasi arena Obake Yashiki.
Bervariasinya kegiatan dalam Japanese World 2013 menunjukkan bahwa kagiatan ini merupakan salah satu event festival yang dapat dikatakan sebagai media pembelajaran yang konstruktif dalam meningkatkan kepedulian rasa multikultur generasi muda di tantangan global dewasa ini. Namun kecintaan pada budaya lokal-Indonesia tetap wajib dan harus disemayamkan di hati kita. Sesungguhnya cinta budaya lokal dapat menjadikan bangsa yang besar dan kuat dengan identitas melalui budaya di mata dunia. Jepang saja berhasil mendunia melalui budayanya, Indonesia pasti bisa lebih dari itu. Vivat budaya!
Berita kiriman:
Dimas Nay
Mahasiswa Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga