
Terdiri atas 20 anak muda Indonesia, komunitas tersebut menyebarkan iklim toleransi berupa program dialog antaragama. Dengan berfokus pada upaya pemberdayaan dan pengembangan kapasitas pemuda terhadap isu toleransi dan dialog antaragama tersebut, mereka menggelar roadshow di beberapa kota di Indonesia, yaitu Lombok, Malang, Palembang, Manado, dan Jakarta dengan jumlah peserta sekira 350 anak muda dari berbagai daerah.
Bertempat di @america, Pacific Place, CINTAIndonesia menghelat diskusi dengan tema besar Dialog dalam Kemajemukan. Acara tersebut dikemas secara khusus dalam program dialog dengan pemuka agama serta kunjungan ke berbagai tempat ibadah.
Sejumlah pembicara ahli hadir dalam kegiatan itu. Sebut saja Asisten Atase Hubungan Kebudayaan Kedutaan Amerika Serikat Scott Milgroom, Ketua Unit Sosial dan Ilmu Kebudayaan UNESCO Charaf Ahmimed, Pimpinan Lokal CINTAIndonesia I Gede Pandu Wirawan, dan putri dari almarhum Gus Dur Alissa Wahid.
Pada kesempatan tersebut, Alissa menyatakan pentingnya pluralisme bagi Indonesia sebagai sebuah kesatuan. Pada 1945, lanjutnya, tidak ada bangsa Indonesia, bahasa Indonesia, maupun daratan Indonesia.
"Indonesia ada karena keberagaman, kita berangkat dari berbagai elemen yang bersepakat untuk menyatu membentuk Indonesia. Bila kita masih menjaga Bhineka Tunggal Ika, itu karena kita masih bersepakat untuk tetap bersama atau kita akan seperti Yugoslavia yang akhirnya bubar karena gagal menjaga keberagaman negaranya,” urai Alissa, seperti dikutip dari siaran pers yang diterima, Sabtu (23/2/2013).
Menurut Alissa, permasalan pluralisme tidak dapat dibiarkan berlarut-larut. Oleh karena itu, dia mengajak para pemuda yang hadir untuk tidak berdiam diri melihat minimnya rasa toleransi di antara masyarakat.
“Kalian yang disini adalah anak muda yang mendapat kesempatan untuk belajar pluralisme. Saya berharap kalian tidak diam saja dengan berbagai masalah pluralism ini. Saya akan mengulang kalimat yang sering dinyatakan ayah saya, ‘yang beda jangan disama-samakan yang sama jangan dibeda-bedakan,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Interfaith Ambassador dari Lombok Subhan Azharullah mengaku mendapatkan banyak manfaat dengan mengikuti Roadshow CINTAIdonesia. Berbagai pandangan yang diungkapkan para pembicara membuka persepsinya tentang pluralisme di Nusantara.
“Kegiatan ini telah membuka pikiran saya khususnya bagaimana saya bisa menjunjung tinggi arti toleransi antarumat beragama. Dari paparan berbagai tokoh agama dalam kegiatan ini, setiap agama mempunyai pandangan tersendiri tentang pluralisme dan toleransi yang intinya semuanya mengarah kearah menjunjung tinggi toleransi dengan pemeluk agama lainnya," kata Subhan.
Tidak hanya itu, Subhan menambahkan, kegiatan tersebut mengajarkannya cara berdialog yang baik antarumat beragama. "Melalui materi fishbowl kita telah diajarkan bagaimana sebuah metode yang baik dalam berdialog antar umat beragama dan hal ini tentunya menjadi kunci penting bagi kami para peserta,” imbuhnya.
Dengan berlangsungnya roadshow CINTAIndonesia diharapkan tidak hanya mempromosikan semangat toleransi dan kerja sama antar sesama generasi muda, tetapi yang terpenting adalah menghasilkan pemuda Indonesia yang konkret bertindak sesuai nilai kebebasan beragama.