
Hal tersebut juga diakui Franchise Division Director Eye Level Indonesia, Afan Suryadi. Dia menjelaskan, matematika yang dianggap menakutkan sebenarnya bisa menjadi pelajaran yang menyenangkan.
"Anak Indonesia masih menganggap matematika sebagai momok. Padahal matematika itu bisa menyenangkan dan tidak stres," kata Afan, dalam Media Gathering Eye Level di fX, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (21/3/2013).
Afan menjelaskan, matematika harusnya memuat dua pemikiran, yaitu basic thinking dan critical thinking. Sementara, lembaga pendidikan tambahan yang ada hanya menawarkan salah satu di antara dua pemikiran tersebut.
"Basic thinking dalam matematika mengembangkan pemahaman dasar dari angka dan sifat siswa. Sementara critical thinking mengajar siswa bagaimana berpikir kritis sehingga membantu mereka bergerak di luar pemahaman dasar dan menghafal, seperti pemecahan masalah dan mengevaluasi," ujarnya.
Dia menambahkan, metode pembelajaran yang efektif harus dilihat dari sisi siswa, bukan sebaliknya. Dengan demikian dapat bertujuan mendidik anak lebih mandiri dan berpikir kritis sehingga menjadi pembelajar seumur hidup.
"Pendidikan harusnya dilihat dari sudut pandang si anak, baru efektif. Bukan justru dari kacamata guru," imbuh Afan.