
Ozon bisa terjadi secara alamiah di dalam smog (kabut) terutama di kota-kota besar tempat gas NOx dan hydrocarbon dari asap buangan kendaraan bermotor serta berbagai kegiatan industri. Oleh karena itu, diperlukan monitoring tingkat polusi udara untuk mengetahui indeks polusi ozon di setiap kawasan.
Tidak tinggal diam, mahasiswa Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Fredy Setya Pradana menciptakan alat pendeteksi parameter kadar ozon. Alat tersebut menggunakan Sensor MQ-131 sebagai detektor kadar gas ozon.
"Sensor ini akan bekerja apabila mendapatkan rangsangan dari gas ozon. Sehingga menyebabkan terjadinya perubahan tegangan dan hambatan di dalam sensor," ujar Fredy, seperti dilansir UNY, Selasa (26/3/2013).
Kemudian, lanjutnya, tegangan tersebut akan menjadi masukan pada sistem yang telah terpogram dan ditampilkan ke LCD untuk mengetahui seberapa besar kadar gas dalam area lingkungan tersebut dengan satuan (ppb). Selanjutnya akan muncul pemberitahuan apakah kadar gas tersebut dalam kondisi normal atau bahaya.
"Jika sumber gas ozon menunjukan besaran 121-2000 ppb, maka LCD akan menampilkan kondisi 'BAHAYA," jelasnya.
Karya di bawah bimbingan dosen Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY, Herlambang Sigit Pramono itu telah melewati tahap pengujian. Pada tahap pengujian, Fredy melakukan pengukuran kadar gas ozon di beberapa tempat yakni dataran rendah dan dataran tinggi seperti Yogyakarta, Tambi Wonosobo, serta Dieng.
"Satu kali percobaan diperlukan waktu kurang lebih 20 detik hingga penunjukan stabil atau berhenti bergerak. Dan dari percobaan tersebut dapat ditarik kesimpulan, semakin tinggi area suatu tempat maka semakin kecil kadar gas ozonnya," ungkap Fredy.
Dia menjelaskan, kondisi tersebut bisa dimaklumi karena di dataran tinggi belum banyak terdapat sentra industri dan penggunaan kendaraan bermotor juga masih cukup rendah. Berbeda dengan di Yogyakarta yang sudah padat dengan kendaraan bermotor serta aktivitas industri yang cukup tinggi.
"Selain itu, banyaknya pepohonan di daerah dataran tinggi juga menjadi faktor pembeda rendahnya kadar gas ozon," tutupnya.