Colleger Radio - Bakso daging kalkun, yoghurt organik, kopi bubuk. Kedengarannya seperti daftar belanjaan seseorang ya? Tetapi, ternyata item tersebut adalah bahan makanan segar yang didapatkan Maximus Thaler dari tempat pembuangan sampah supermarket di daerah Massachusetts, Amerika Serikat.Menurut Dewan Pertahanan Sumberdaya Nasional AS, setiap malam, supermarket membuang makanan kadaluarsa senilai rata-rata USD2.300. Padahal, makanan tersebut masih layak dikonsumsi. Maximus berharap dapat menghentikan praktik ini dengan mengumpulkan dana USD1.500 untuk membuka kafe yang memberikan makanan sisa tersebut.
"Kami percaya makanan adalah hak dasar seseorang, dan seharusnya dibagikan gratis kepada sesama," tulis mahasiswa Tufts University ini dalam website pribadinya, seperti dilansir Huffingtonpost, Minggu (31/3/2013).
Kafe yang dinamai Gleaners Kitchen itu akan menawarkan konser, pembacaan puisi, kuliah umum dan suplai makanan satu jali dalam sehari bagi mereka yang kelaparan. Tetapi, menurut Maximus, Gleaners Kitchen bukanlah bisnis berorientasi profit.
"Di sini bukanlah tempat transaksi di mana orang harus membayar untuk mendapatkan sesuatu. Tujuan kami bukanlah untuk memproduksi komoditas, tetapi menyejahterakan komunitas," ujar Maximus.
Maximus dan timya telah mengumpulkan bahan makanan yang mereka butuhkan. Setelah mengais-ngais tempat sampah, mereka menyortir semua yang telah dikumpulkan dan memutuskan bahan makanan apa saja yang masih dapat digunakan. Bahan-bahan yang terlalu rusak atau busuk akan kembali dibuang, dan bahan-bahan makanan yang dapat diselamatkan kemudian dicuci dan dikemas ulang. Misalnya, mereka membuat jus dari berbagai macam buah.
Proyek Maximus ini mungkin telah membuka mata beberapa kalangan di kampusnya untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Tetapi, ini bukanlah aksi pertama civitas academica dalam mengais tempat sampah untuk mendaur ulang bahan makanan yang dibuang.
Jeff Ferrell, dosen sosiologi di Texas Christian University, mencari barang-barang yang masih dapat digunakan dari tempat sampah dan memberikannya kepada mereka yang membutuhkan. Seperti dilansir Reuters, Desember 2011 lalu, Jeff memberikan selimut wol dan membagikan makanan kepada para gelandangan.