
"Saya tidak setuju UN dihapus, menurut saya harus tetap ada standarisasi kemampuan setiap anak. Hanya sebaiknya kelulusan itu disamaratakan dengan kriteria-kriteria yang ada," tuturnya, Rabu (17/4/2013).
Lanjut Sofia, jikalau UN dihapus, ini berarti seluruh siswa-siswi ke depannya tidak akan mempunyai kemampuan yang standar.
"Kalau dihapuskan malah tidak jelas, tidak ada kemampuan standar. Kriterianya dilihat dari kemampuan kognitif, mudah-mudahan ini bisa diterapkan sehingga murid lulus dari segi kualitasnya," kata Wakil Kepala Sekolah itu.
Sofia pun berharap UN akan selalu ada. Hanya saja, sistemnyalah yang harus diubah menjadi lebih baik lagi.
"Saya mengharapkan semua murid lulus 100 persen, kalau tidak ada UN berarti tolak ukur tidak ada. Mungkin ada juga kendalanya UN seperti daerah-daerah yang jauh dari Jakarta atau daerah-daerah pelosok, minimnya fasilitas, dari segi kompetensi gurunya, dan perhatian dari keluarga mengenai pendidikan. Jadi, banyak faktor untuk mengeratakan muridnya," imbuhnya.