Quantcast
Channel: Colleger Radio | Radio Streaming Anak Kampus dan Portal Berita Pendidikan Beasiswa
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Generasi Muda Kini versus Generasi Muda Jadul

$
0
0
Ilustrasi: Reuters.Colleger Radio - Generasi sekarang lawan generasi anak muda zaman dulu memang jauh berbeda. PricewaterhouseCooper (PWC) menilai, pekerja millenial alias masa kini menginginkan fleksibilitas yang lebih, kerja atau hidup yang seimbang, serta peluang di global.

Studi dari 44 ribu karyawan PwC mengonfirmasi sekaligus menentang stereotip studi Gen Y secara global. Universitas Southern California, London Business School pun melaksanakan penelitian selama dua tahun terhadap sikap karyawan PwC di seluruh dunia.

Generasi millenial yang lahir antara 1980-1995, menginginkan lebih banyak fleksibilitas di tempat kerja, keseimbangan lebih baik antara pekerjaan dan kehidupan personal serta kesempatan tugas di luar negeri sebagai kunci untuk kepuasan kerja lebih besar.

Wakil Ketua dan Pemimpin Global Human Capital di PwC Dennis Finn mengatakan, penelitian ini untuk mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi tempat kerja, loyalitas, dan kepuasan kerja.

Studi ini membandingkan respons generasi millenial dengan nonmillenial di tahapan masa karier yang sama untuk menilai perbedaan generasi di antara dua tipe karyawan tersebut.

"Ruang lingkup penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, studi ini meliputi susunan wawasan dari motivasi, prioritas dan preferensi kerja generasi termuda di angkatan kerja kami serta rekan-rekan yang lebih senior," ujar Finn, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/4/2013).

Menurut Finn, generasi millenial mengubah praktik manajemen lama di tempat kerja, pemberi kerja ingin merekrut dan menjaga supaya karyawan millenial merasa puas, sehingga harus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhannya.

Kemudian, generasi millenial dan nonmillenial menginginkan untuk menggeser jam kerja demi mengakomodasi jadwal personalnya dan tertarik bekerja di luar kantor, di mana dapat tetap terhubung melalui teknologi. Selain itu, karyawan semua generasi mengatakan bersedia mengorbankan gaji dan tertundanya promosi kerja diganti dengan pengurangan jam kerjanya.

"Jika diberi kesempatan, 64 persen dari millenial (dan 66 persen non-millenial) ingin sesekali bekerja dari rumah dan 66 persen dari millennial (dan 64 persen non-millenial) ingin sesekali menggeser jam kerjanya," tambah Finn.

Selanjutnya, 15 persen karyawan laki-laki dan 21 persen perempuan mengatakan akan mengorbankan sebagian gajinya dan memperlambat laju promosi di tempat kerja untuk jam kerja lebih sedikit.

"Generasi millenial mementingkan keseimbangan kerja atau hidup," tuturnya.

Tidak seperti generasi sebelumnya, generasi millenial lebih mementingkan kariernya dan bekerja lebih dari 40 jam seminggu dengan harapan naik ke posisi lebih tinggi. Generasi millenial tidak menganggap bahwa pengorbanan di awal karier layak memperoleh imbalan yang potensial.

"Keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan merupakan hal yang lebih penting baginya. Studi PwC menemukan bahwa stereotip tentang karyawan millenial banyak yang tidak tepat dibandingkan dengan yang benar, sikap pekerja millennial mirip dengan karyawan yang lebih tua," tukasnya.

Finn menambahkan, untuk memaksimalkan pengembangan pribadi dan kinerjanya, maka dia semangat menyediakan dan dari semua timnya dengan lingkungan kerja terbaik.

"Yang menarik sifat dari penelitian ini memungkinkan PwC memimpin dengan contoh dan telah membantu membimbing untuk membuat perubahan kultural dan struktural dalam cara mengelolanya, mempromosikan, dan memberi kompensasi kepada tim kami. Tahun 2016 hampir 80 persen dari seluruh tenaga kerja merupakan pekerja millenial, kami bersemangat menyediakannya dan semua tim kami dengan lingkungan kerja terbaik untuk memaksimalkan pengembangan pribadi dan kinerjanya," imbuhnya.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Trending Articles