Quantcast
Channel: Colleger Radio | Radio Streaming Anak Kampus dan Portal Berita Pendidikan Beasiswa
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Ideologi Islam dalam Kacamata Gubes UNS

$
0
0
Ilustrasi: ist.Colleger Radio - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mengukuhkan Prof Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd sebagai guru besar UNS bidang Ilmu Sejarah Politik Islam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS dalam sidang senat terbuka, di Auditorium UNS, Solo, Jawa Tengah, Kamis (25/4/2013).           

Prof Hermanu merupakan guru besar UNS ke-152, dan ke-49 untuk FKIP UNS. Dalam prosesi pengukuhan guru besar, Hermanu menyampaikan pidato berjudul "Politik Dalam Pusaran Sejarah Surakarta."

Hermanu menyatakan, lekatnya Islam dan politik dalam perspektif descending of power maupun ascending of power hanya sekadar alat politik. Islam memiliki asshabiyyah (solidaritas) tinggi, dan solidaritas itu berubah menjadi kekuatan politik ketika Muslim secara terus menerus terepresi oleh kebijakan kolonial.

"Pada sisi lain, ketika kekuasaan politik sukses diraih muncul faksionalisme antarpolitisi. Karena itu, politik Islam selalu diselimuti friksi dan mudah dihempas oleh kekuatan politik lain," jelasnya.

Menurut Hermanu, relasi ulama dan elite politik dalam bingkai descending of power tidak mungkin berlangsung lama karena elite tidak menghendaki kekuatan Ilahiah terbagi. Faktor utama adalah lembaga-lembaga di bawah kendali ulama memainkan peran membentuk dan memelihara kongregasi. Peran kongregasi itu dipersepsikan tandingan kekuasaan.

"Akibat peran kongregasi itu, ulama, santri dan pesantren direpresi. Akhirnya, ulama menyingkir dari pusaran kekuasaan, dan memerankan diri sebagai cultural broker bagi masyarakat pedesaan," jelas Hermanu yang juga menjabat Ketua program studi Magister Pendidikan Sejarah UNS.

Lebih lanjut Hermanu mengatakan bahwa ulama melayani kebutuhan ritual maupun pengetahuan keagamaan, dan dia memberdayakan masyarakat pedesaan sejajar kompetensinya dengan masyarakat kota. Kekuatan itu menempatkan dirinya sebagai elite counter.

"Realitas sejarah Indonesia menunjukkan Islam sangat lekat dengan dunia politik, tetapi pada sisi lain hampir seluruh ulama di Nusantara menolak Islam sebagai ideologi negara," ungkapnya.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Trending Articles