
Maka, Rektor Bina Nusantara (Binus) University Harjanto Prabowo menyarankan, dalam materi pelajaran, pihak sekolah dapat menyisipkan nilai-nilai kehidupan maupun peristiwa nyata pada kejadian sehari-hari. Salah satu contohnya adalah pacaran.
"Pelajaran di sekolah dengan pacaran memang tidak berhubungan. Tapi setidaknya bisa disisipkan dalam pelajaran lewat studi kasus. Sehingga mereka tidak hanya punya pengetahuan saja tanpa mempelajari peristiwa nyata," papar Harjanto selepas buka bersama di Plasa Semanggi, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Untuk mencegah atau meminimalisasi bunuh diri di Indonesia, lanjutnya, interaksi sosial baik antarteman, guru, maupun keluarga harus ditingkatkan. Dengan demikian, ketika menghadapi masalah, sang anak bisa curhat dan tidak mengambil sikap sendiri yang berujung maut.
"Di usia remaja harus banyak bersosialisasi dan banyak bergaul. Guru-guru juga harus tahu kehidupan muridnya. Kalau punya masalah curhat bisa dengan guru Bimbingan Konseling (BK). Media jejaring sosial juga bisa digunakan guru untuk memantau keadaan para muridnya," imbuhnya.
Selain itu, kata Harjanto, para pelajar dapat mengisi waktu mereka dengan kegiatan positif, seperti ekstrakulikuler. Sehingga, mereka tidak lagi merenung dan berdiam diri memikirkan masalah yang dialami secara terus-menerus.
"Lakukan kegiatan-kegiatan atau menyibukkan diri dengan kegiatan positif agar masalahnya sedikit demi sedikit terlupakan. Paling tidak mengurangi masalah-masalahnya," tutup Harjanto.