Quantcast
Channel: Colleger Radio | Radio Streaming Anak Kampus dan Portal Berita Pendidikan Beasiswa
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Masyarakat, Mahasiswa dan Pers

$
0
0
Ahmad Fahri Huseinsyah (Foto: dok. pribadi)Colleger Radio - PERS adalah dunia yang sangat erat kaitannya dengan media. Sebagaimana sistem fungsionalnya, media menjadi sarana pemberi dan penghantar informasi kepada khalayak. Sedangkan pers lebih kepada ruang yang meliputi unsur-unsur media dan dunia jurnalistik itu sendiri. Media di suatu tatanan masyarakat memegang kuasa yang kuat. Bahkan untuk ukuran negara, media dapat dibilang sebagai pilar keempat dari demokrasi karena media bertugas untuk menyebarkan informasi, termasuk menciptakan wacana ke masyarakat.  

Arus informasi dewasa ini meningkat sangat pesat. Dinamika mobilitas manusia dalam mengakses informasi pun semakin tinggi mengingat informasi dibutuhkan setiap orang dalam mendukung aktivitasnya. Tidak heran, abad ini ditengarai sebagai abad informasi. Karena itulah, peran media sangat sentral di dalam menyediakan akses informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Keberadaan pers dan media di suatu sistem, entitas apa pun, baik negara sampai kampus hampir pasti berbarengan dengan terciptanya sebuah iklim intelektual. Ketika peran media pada masa Orba ditekan, kreasi masyarakat untuk bertindak ekspresif dan menyampaikan aspirasi pun mati sehingga sisi kritis hanya dimiliki oleh segelintir elite terdidik. Sedangkan sekarang, orang bisa dengan mudah memperbincangkan isu apa pun, di kafe, di kantor, bahkan di warung kopi. Di sini media menjadi menjadi sarana pencerdasan sosial yang kelak akan menciptakan budaya intelektual, salah satunya adalah budaya diskusi dan baca.

Pers dapat ditemui juga di lingkup apa pun. Karena itu pers tetaplah menjadi kebutuhan di suatu komunitas. Mulai dari tataran lokal, regional sampai nasional. Kita sangat tertolong dengan berbagai media besar yang memberikan banyak sekali khazanah keilmuan lewat berbagai berita mereka. Hal ini sesuai dengan peran pers yakni mendorong terciptanya daya intelektual dan sisi kritis masyarakat.

Bagaimana dengan pers mahasiswa? Pertanyaan sebenarnya adalah, seperti apa pers mahasiswa?

Kampus-kampus di Indonesia, tidak terkecuali Universitas Airlangga (Unair), memiliki sejarah panjang dari berdiri hingga kini.  Keberadaan universitas, terutama negeri, adalah simbol kebangkitan kaum terpelajar pribumi yang mencoba bangkit dan melawan keterpurukan berkepanjangan akibat penjajahan; “Diam tertindas atau bangkit melawan.” Di dalamnya, mahasiswa berupaya untuk menghimpun diri sebagai gerakan intelektual yang kelak akan bertransformasi menjadi poros baru dan menciptakan para pembaharu bangsa. Banyak lini yang mereka perjuangkan, mulai dari organisasi pergerakan, organisasi keprofesian, sampai organisasi pers.

Pers mahasiswa sangat melekat dengan dunia kampus. Inisiasi pers mahasiswa adalah karena banyak sekali kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh “rezim” berkuasa di Indonesia. Api perlawanan mahasiswa disulut oleh kebijakan rezim penguasa yang tidak berpihak pada masyarakat. Pemerintah dianggap tidak mampu menangani negara, maka mahasiswa terdahulu tidak jarang memberi respons subversif terhadap situasi tersebut melalui upaya unjuk rasa, sampai gerakan penyadaran lewat selebaran-selebaran. Karakter kritis tersebut yang kemudian diejawantahkan, atau dibakukan melalui semangat pers oleh mahasiswa-mahasiswa, yang kemudian melatarbelakangi berdirinya lembaga pers mahasiswa.

Terlepas dari rezim siapa pun yang berkuasa, mahasiswa mengusung idealisme tersendiri melawan pemerintah. Mereka independen, tidak terikat dan tidak terafiliasi oleh kepentingan apapun, termasuk juga yang dilakukan oleh pers mahasiswa. Pers mahasiswa berdiri di saat gentingnya negara Indonesia dan birokrasi yang tidak stabil. Kegaduhan dan keresahan sosial seperti krisis ekonomi saat itu pun menuntut mahasiswa meresponsnya secara cepat. Respons in juga merupakan “perlawanan moral” terhadap ketidakadilan yang diberikan oleh penguasa. Mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial yang membatasi kesewenang-wenangan “rezim”.

Ciri yang melekat antara mahasiswa, pers, dan pers mahasiswa adalah pada aspek kekritisan intelektual. Keberadaan pers mahasiswa pada mulanya tidak ada bedanya dengan pers pada umumnya, namun ada beberapa poin penting yang membedakannya. Pertama, pers pada umumnya adalah korporasi yang berada di bawah kepentingan kelompok; sedangkan pers mahasiswa tidak berada pada lajur di antara itu. Pers mahasiswa bersifat independen dan tidak merupakan lembaga yang berada di bawah secara subordinatif melainkan koordinatif dengan lembaga yang bernaung di atasnya, seperti BEM universitas maupun Rektorat.

Kedua, pers mahasiswa bertugas untuk memberi informasi dan sarana pencerdasan secara sosial maupun politik kepada masyarakat kampus. Lingkup teraktual dari pers mahasiswa adalah ketika mampu memberi atensi dan segmentasi yang sedikit berbeda dengan mainstream media lain. Karena selain pembahasannya yang ringan dan berbobot, pers mahasiswa sebagaimana labelnya, dibentuk dengan ciri khas mahasiswa dalam tulisan-tulisannya.

Ketiga, yang perlu menjadi catatan bersama, format pers mahasiswa yang sekarang berbeda dengan dulu, namun substansinya tetap sama. Dulu, pers mahasiswa menjadi tumpuan pewacanaan untuk mengkritik dan membabat habis berbagai kebijakan pemerintah. Namun dewasa ini, pers mahasiswa lebih ke arah yang pasifis dan tidak terlalu subversif. Hal ini didasari kenyataan bahwa dinamika dan kontur sosial telah bergeser. Pers mahasiswa yang sekarang juga sudah mengadopsi aspek kemodernan berupa tata kelola yang hampir menyerupai media pada umumnya. Misalnya, analisa pasar, yakni sebuah survei untuk mengetahui potensi dan peluang informasi yang dapat menjadi hot issue. Pers mahasiswa masa kini juga mendapat keuntungan lewat iklan dengan mitra usaha untuk menghidupi keuangan organisasi. Hal lainnya, pers mahasiswa kini turut menyampaikan informasi ringan seperti tips-tips bagi mahasiswa.

Pun meski begitu, pers mahasiswa tidak akan kehilangan karakter kuatnya sebagai media menulis bagi mahasiswa-mahasiswa kritis. Karena kritisme itu dibentuk dan diciptakan dari pemahaman dan kemampuan kita untuk membaca. Tidak sebatas membaca literatur, tetapi juga membaca situasi yang sedang berkembang, kontur, fenomena dan realitas sosial yang ada.

Jika mahasiswa berfungsi sebagai kontrol sosial, bentuk kontrol tersebut seperti apa? Secara implementatif, kontrol sosial dimaksudkan sebagai upaya untuk menyeimbangkan arus informasi yang ditularkan oleh pihak yang dominan. Dengan begitu, masyarakat kampus diberi banyak pilihan untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan sehingga mereka kelak akan selektif dalam memilah informasi dan juga menambah khazanah pengetahuan. Keberadaan pers mahasiswa dapat dengan sendirinya menciptakan atmosfer membaca dan berdiskusi, dimulai dari komunitas atau lingkaran kecil mahasiswa. Pasalnya, pers mahasiswa secara langsung berdampak pada penjagaan terhadap intelektualitas mahasiswa. Sedangkan tantangan di Universitas Airlangga sendiri adalah keberadaan pers mahasiswa harus dapat menumbuhkan kembali tradisi intelektual dan sisi kritis di kalangan mahasiswa.
 
Ahmad Fahri Huseinsyah
Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Airlangga “Mercusuar”
Mahasiswa Hubungan Internasional Unair 2011

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Trending Articles