Quantcast
Channel: Colleger Radio | Radio Streaming Anak Kampus dan Portal Berita Pendidikan Beasiswa
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Jadi Mahasiswa Nggak Boleh Manja!

$
0
0
Ilustrasi : Getty ImagesColleger Radio - Memasuki dunia baru yang benar-benar terasa asing membuat orangtua ingin mendampingi anak mereka. Tidak terkecuali bagi mereka yang memasuki gerbang perguruan tinggi.

Pemandangan ini pula yang tampak di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya beberapa hari terakhir. Urusan administrasi yang bisa diselesaikan sendiri oleh mahasiswa justru harus ditemani oleh orangtua.

Keadaan tersebut agaknya membuat Rektor ITS Triyogi Yuwono gerah karena membuat mahasiswa baru (maba) menjadi tidak mandiri. Sehingga, dalam pertemuan Ikatan Orang Tua Mahasiswa (Ikoma) dengan pimpinan ITS, kemarin, dia menekankan agar para wali mahasiswa tidak lagi memanjakan anaknya.

"ITS merupakan salah satu perguruan tinggi terbaik di Indonesia yang mendidik calon pemimpin bangsa. Sehingga, sejak awal masuk ke kampus perjuangan, mahasiswa ITS harus memiliki sifat-sifat seorang pemimpin. Tidak ada pemimpin yang selalu dibuntuti orangtuanya,'' canda Tri Yogi, seperti dilansir, Senin (26/8/2013).

Dosen Jurusan Teknik Mesin ITS itu menambahkan, sifat mandiri sangat dibutuhkan untuk mengembangkan potensi akademik mahasiswa. Sebab, siklus belajar di perguruan tinggi sangat berbeda dengan sekolah. Sehingga, mahasiswa akan lebih cepat berkembang jika diberikan keleluasaan oleh orangtua.

Selain itu, menurut data statistik ITS, mahasiswa yang berani hidup mandiri ternyata lebih cepat sukses dari pada yang lain. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui masa tunggu mahasiswa yang hanya berkisar tiga bulan saja. ''Mahasiswa yang mandiri rata-rata aktif mengikuti kegiatan kampus sehingga soft skill-nya terasah dan cepat dapat kerja,'' ujar dosen asal Tulungagung tersebut.

Meskipun begitu, Tri Yogi berpesan agar kebebasan yang diberikan kepada mahasiswa tidak sepenuhnya dilepaskan. Harus tetap ada pengawasan dari orangtua guna menyaring pengaruh-pengaruh negatif yang mengancam. ''Yang paling riskan adalah bahaya dari narkoba dan pengaruh organisasi ilegal,'' katanya.

Ketua Ikoma ITS Bambang Sakti Widodo menambahkan, ada dua peran utama orangtua dalam proses pengembangan mahasiswa ketika belajar di Kampus Perjuangan. Pertama, memotivasi mahasiswa agar lebih giat belajar dan aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler kampus. ''Sehingga, semua aktivitas yang mereka lakukan positif,'' tutur Bambang.

Kemudian, turut serta dalam pengembangan sarana dan prasarana belajar di dalam kampus. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melunasi iuran rutin Ikoma setiap semester. ''Selain sarana pendidikan, dana tersebut juga kita gunakan untuk membantu fasilitas kesehatan, beasiswa dan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa,'' tandasnya.

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Trending Articles