
Salah seorang ibu yang memiliki anak beranjak remaja adalah Rahmania Mahareni. Dia sempat terkejut ketika anak sulungnya yang masih duduk di kelas satu SMP mengaku sudah bisa mengendarai motor. Padahal, Nia dan sang suami tidak pernah memberi izin putrinya itu belajar mengendarai motor.
"Saya deg-deg-an. Apalagi ketika anak saya minta dibelikan motor untuk pergi ke sekolah. Selama ini dia pergi ke sekolah naik ojek atau jalan kaki karena tidak terlalu jauh dari rumah," kata Rahmania, Kamis (12/9/2013).
Nia, demikian dia biasa disapa, percaya, kesalahan pada fenomena anak membawa kendaraan bermotor ada di orangtua. Dia terbiasa melihat anak-anak usia sekolah dasar di lingkungan rumahnya berseliweran dengan motor hingga ke jalan raya.
Menurut Nia, mungkin orangtua para anak itu berpikir si anak akan lebih cepat mandiri jika mereka bisa mengendarai motor. Selain itu, si orangtua juga memanfaatkan kebisaan anak mereka itu untuk mengantar mereka ke pasar atau ke tempat lain.
"Jadi pola pikir orangtuanya yang salah. Semakin muda bisa bawa motor, si anak akan lebih cepat mandiri. Ketimbang harus bayar ongkos ojek, lebih baik diantar si anak ke mana-mana," imbuhnya.
Nia sendiri sangat keras tentang hal ini. Meski Safira, putrinya, mengaku sudah bisa mengendarai motor dan merengek minta dibelikan motor, Nia dan sang suami tetap pada pendiriannya; menolak keinginan si anak.
"Saya katakan ke anak saya, 'Kalau mami papi sudah siap lihat kamu tergeletak di jalan atau kamu siap patah tulang sana-sini, kasih tahu mami, baru akan mami kasih izin,'" paparnya.
Reaksi Fira, kata Nia, tentu saja diam.
"Saya termasuk yang sangat posesif pada anak. Saya akan keras pada mereka soal urusan berkendara ini, karena belum ada yang siap dengan konsekuensinya, apalagi jika yang menyangkut masa depannya, " tutur Nia.
Fenomena anak di bawah umur mengendarai sepeda motor dan berseliweran di jalan sebenarnya sudah menjadi pemandangan biasa. Seringkali anak-anak tanpa SIM ini tidak mengenakan helm. Bahkan, banyak juga yang berboncengan tiga orang dan melawan arus kendaraan.
Begitu juga dengan mobil. Entah berapa banyak remaja mengendarai mobil tanpa SIM dan tanpa pengawasan orang dewasa. Terakhir, remaja 13 tahun menyebabkan kecelakaan beruntun di jalan tol yang mengakibatkan enam orang korban meninggal dan belasan lainnya luka-luka.