Quantcast
Channel: Colleger Radio | Radio Streaming Anak Kampus dan Portal Berita Pendidikan Beasiswa
Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Si Camar Biru, Pesawat Tanpa Awak dari UGM

$
0
0
Camar Biru, pesawat tanpa awak dari UGM. (Foto: dok. UGM)Colleger Radio - Tidak puas berinovasi, mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta kembali melahirkan karya baru. Para mahasiswa Teknik Mesin UGM yang tergabung Grup riset Flying Object Research Center (FORCE) mengembangkan teknologi pesawat tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV).

Pesawat tanpa awak yang mereka namakan "Camar Biru" itu melakukan uji coba penerbangan perdana di lapangan Grha Sabha Pramana, kemarin. Selama 10 menit, pesawat mini yang berukuran panjang 120 cm dengan bobot 4 kilogram ini terbang mengelilingi kawasan kampus UGM.

Yang menarik, Camar Biru terbang tanpa dikendalikan remote control, melainkan terbang secara autonomous. "Saat melakukan take off dan landing saja yang dikendalikan lewat remote control," ungkap salah seorang anggota tim peneliti, Damar Satria Guntoro, seperti dinukil dari laman UGM, Kamis (26/9/2013).

Pesawat yang telah dikembangkan selama dua tahun itu, kata Damar, menghabiskan dana Rp25 juta. Dia pun mengaku mengalami sejumlah kendala, terutama di awal proses pembuatan.

Mereka sempat merasa kesulitan mencari bahan untuk membuat pesawat tersebut. "Kami awalnya menggunakan bahan fiber. Karena terlalu terlalu berat sehingga tidak bisa diterbangkan," bebernya.

Satu tahun kemudian, mereka menggunakan pesawat dari bahan lebih ringan, yakni paduan komposit dan kayu basah. Alhasil, dengan bahan baku tersebut, pesawat pun bisa terbang dengan mudah.

Damar menambahkan, Camar Biru menggunakan bahan-bahan lokal, bahkan untuk komponen badan dan sayap pesawat. Hanya saja komponen elektronik beserta remote control masih tetap diimpor. "Untuk software-nya saja kami kembangkan sendiri," imbuh Damar.

Mahasiswa Teknik Mesin itu menerangkan, Camar Biru bisa diterbangkan secara autonomous menggunakan sensor mengikuti jalur lintasan di udara berdasarkan titik kordinat GPS. Sedangkan perangkat lunak untuk kendali pesawat yang mereka dinamakan mission planner UGM menggunakan software microsoft visual c plus-plus.
Dengan menggunakan piranti lunak tersebut, arah dan kondisi baterai pesawat bisa terus terpantau. "Program ini mampu memonitor posisi dan orientasi pesawat beserta kondisi baterai," urai mahasiswa angkatan 2011 itu.

Sementara itu, salah seorang dosen pembimbing Gesang Nugroho menyebut, Camar Biru dilengkapi dengan kontroler, sensor, sistem telemetri sehingga dapat terbang secara autonomous. Bahkan, Camar Biru mampu terbang dengan jarak delapan kilometer dengan kecepatan 60 km/jam.

Selain itu, pesawat tersebut bisa difungsikan mengirimkan live video, menghasilkan peta udara dari mosaic foto serta mampu dropping payload pada lokasi tertentu. Yang berbeda, kata Gesang, baling-baling Camar Biru ditempatkan di tengah badan pesawat yang diarahkan ke ekor pesawat.

Hal itu dimaksudkan untuk kepentingan keamanan pesawat namun tidak mengganggu keseimbangan pesawat selama terbang. "Dengan baling-baling ditempatkan ke arah belakang, maka kemungkinan saat pesawat jatuh tidak akan merusak motor pesawat, tidak mengganggu saat ada payload yang dijatuhkan, dan tidak mengganggu kerja kamera," jelas Gesang.

Dosen Teknik Mesin UGM itu menyatakan, ke depan, pesawat tanpa awak tersebut akan dikembangkan. Sebab, inovasi tersebut bisa dimanfaatkan untuk keperluan pemantauan lalu lintas, pemantauan daerah bencana, gunung berapi, perkebunan, patroli daerah perbatasan, dan patroli laut. (Okezone/rfa)

Viewing all articles
Browse latest Browse all 1016

Trending Articles