
Sebuah kalimat yang mungkin pada akhir-akhir ini Tidak asing kita dengar dan kita lihat diberbagai media. Ya, Alhamdulillah kita bisa menikmati bulan Ramadan tahun ini. Di mana di bulan ini semua amalan dilipatgandakan pahalanya. Amalan sunnah diganjar sebagai amalan wajib dan amalan wajib dilipatgandakan pahalnya. Bahkan pada bulan ini setan-setan dibelenggu dan pintu-pintu neraka ditutup rapat-rapat oleh Allah.
Bulan Ramadan memang bulan penuh berkah. Ibarat sebuah tempat belanja, maka Allah sedang memberikan obral pahala kepada hambaNYA. Akan tetapi, banyak diantara kita yang kemudian menjadi bulan Ramdhan sebagai ajang diri untuk bermalas-malasan dan memanjakkan diri sendiri. Kita bisa melihat disekililing kita atau bahkan kita sendiri melakukan hal ini yaitu momentum Ramadhan dijadikan ajang untuk memperbanyak tidur. Mereka berdalih bahwa “tidurnya orang puasa kan ibadah. Jadi, dari pada ngomongi orang lebih baik kan tidur saja”.
Itulah fenomena yang terjadi disebagian besar masyarakt islam khususnya Indonesia. Padahal ketika kita melihat sejarah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dibulan Ramadhan. Banyak perang dan penaklukan sebuah wilayah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya dibulan Ramadhan.
Sebagai contoh, perang yang sudah tidak asing dalam ingatan kita yaitu perang Badar. Perang ini merupakan perang terbesar pertama umat islam melawan orang kafir. Dimana jumlah umat islam pada saat itu sekira 313 orang sedangkan tentara kafir mencapai 1.000 orang. Selain kalah jumlah, umat islam juga kalah dalam perlengkapan perang. Sehingga, bisa kita bayangkan betapa menguras tenaga, pikiran dan waktu umat islam pada saat itu. Ditambah kondisi mereka yang sedang berpuasa.
Akan tetapi, rasa lapar dan dahaga yang mereka rasakan terkalahkan dengan semangat besar untuk menggapai ridho Allah. Betapa luar biasnya perjuangan yag dilakukan rasulullah dan para sahabatnya. Peristiwa besar lainnya yag terjadi dibulan Ramadhan antara lain; fattu Mekkah (pembebasan kota mekkah), perjalan nabi ke Tabuk, perang Khandaq dll.
Sebagai umat muslim kita bisa melihat bahwa bulan ramadhan dijadikan oleh para salafussoleh sebagai bulan aktualisasi diri. Dalam artian bulan dimana kita selalu beruapaya melakukan yang terbaik dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Jadi bulan Ramadhan bukanlah alasan untuk kita menjadi malas-malasan. Justru karena dibulan Ramadhan inilah kita harus lebih produktif dibulan-bulan yang lainnya.
Lantas, bagaimana kita bisa menjadikan bulan ramadhan sebagai bulan aktualisasi diri. Pertama, pahamilah bahwa dibulan Ramadhan ini pahala Allah sedang di obral untuk hambaNya. Sehingga, timbul pada diri kita untuk senantiasa melakukan yang terbaik dan tidak ridho kalau waktunya dihabiskan untuk hal-hal yang sia-sia.
Kedua, paksa diri kita untuk melakukan amalan-amalan lebih dibulan Ramadhan. Jangan kemudian kita mentolerir diri untuk berlaku lemah dalam beramal sehingga kita hanya melakukan amalan yang sekedarnya saja atau biasa-biasa saja. Ini memang terasa berat ketika kita belum terbiasa melakukan amalan tersebut. Maka, dari itu kita perlu memaksa diri kita untuk hal itu. Ibarat sebuah mobil yang sedang mogong maka ketika kita pertama kali mendorong akan terasa berat.
Akan tetapi, lama kelamaan akan menjadi ringan. Sama halnya dengan diri kita, Ketika diri kita tidak terbiasa dengan aktivitas kebaikan maka paksalah untuk melakukannya. Maka lama - kelamaan kita akan terbiasa dan merasa ringan untuk melakukannya.
Ketiga, bersabar. Sabar bukan hanya ketika kita sedang mengalami musibah. Lebih dari itu sabar juga dilakukan dalam proses keta’atan kita kepada Allah. Karena tidak dipungkiri, secara manusiawi orang akan meraskan kebosanan dalam aktivitasnya. Begitu pula dengan aktivitas ibadah. Makadari itu kita perlu bersabar dan menjaga ritme ibadah kita sehingga dibulan ini kita benar-benar memperoleh berkahnya. So, jadikan bulan Ramadhan tahun ini sebagai bulan aktualisasi diri dalam beramal baik. Sehingga kita akan memperoleh berkahnya....
Siswandi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan